Oleh : Faris
Program Murattal Tujuh Lagu (PMTL) pada saat pertama kali masuk ke Jassuna/Jassunator (Jamaah Syiar Subuh Radio Suzana/Elvictor) yang dipusatkan pembelajaraannya di Masjid Muhajirin, Pemkot Surabaya, diawali dengan tes untuk bisa masuk ke kelas ini (namanya kelas Murottal).
Di antara peserta yang tidak lulus tes untuk masuk ke kelas Murottal adalah HM Sulton, ST, nama profil kita saat ini. Tapi tampaknya Abah Sulton (demikian ia biasa dipanggil) tidak puas dengan keputusan tersebut (alias tetap ‘ngeyel’), dan malam-malam dia telepon ke pengasuh kelas tersebut, yakni kepada Ust. Drs H Choirul Anam Djabar, selaku pengetes.
Dalam percakapan telepon itu, dia bermaksud ingin tetap mengikuti pelajaran PMTL, meskipun di luar Jassuna/Jassunator. Lalu oleh Abah Anam (sapaan akrab Drs H Choirul Anam Djabar) disarankan hadir di Masjid Hidayatullah, Kandangan Surabaya, setiap hari Jumat, Sabtu, dan Ahad, sehabis salat Subuh.
Abah Anam beranggapan, apa yang diomongkan Abah Sulton dalam percakapan semalam, paling-paling hanya omong kosong. Mustahil dia mau datang jauh-jauh dari rumahnya di Dukuh Kupang ke Kandangan setelah salat Subuh. Hal ini sudah banyak terjadi. Banyak orang yang menelpon, katanya ingin mengaji. Dalam pembicaraannya tampak semangat, tapi kadang-kadang tidak pernah datang. Atau datang sekali, kemudian tidak untuk selamantya.
Ternyata hal ini tidak terjadi pada Abah Sulton. Tepat pada jadwal yang sudah ditentukan, dia hadir. Tidak hanya sekali, tapi bisa rutin, dan bahkan hingga saat ini. Karena keaktifannya itulah, akhirnya Abah Sulton diizinkan untuk bisa mengikuti pelajaran di Masjid Muhajirin tersebut. Tak tanggung-tanggung, dia pun bisa melalui PMTL dengan meluluskannya. Dia tercatat lulus pada urutan ke-18 dengan nomor sertifikat: 018/S/JTQ-Jatim/VI/2013. Berarti dia lulus pada bulan Juni 2013.
Abah Sulton memang tergolong lambat dalam mendalami agama, khususnya dalam mempelajari baca Alquran. Dia baru tergerak hatinya untuk belajar, setelah pensiun dari pegawai negeri tahun 2011, dengan pengabdian terakhirnya di Pemprov Jatim Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga.
Di masa-masa setelah itulah, Abah Sulton getol-getolnya mendalami ilmu agama, khususnya baca Alquran. Yang membanggakan, bapak dari tiga orang anak dan kakek dari dua orang cucu ini, hampir semua tempat belajar PMTL diikuti. Selain di Masjid Hidayatullah, Kandangan, juga di Masjid Muhajirin, Pemkot Surabaya (Jassuna/Jassunator), di Musholla Al Mukhtar, Jl. Mleto Surabaya, dan di Masjid Baiturrahman, Morokrembangan Surabaya.
Sementara itu, di lembaga lain juga diikuti. Di antaranya di Masjid Mujahidin, Perak, Islamic Centre, Griya Alquran, Masjid Al Falah, dan lain-lain. Yang mengagumkan lagi, meski di usia yang sudah senja, ia masih juga menyempatkan belajar tilawah/mujawwad, dan dakwah.
Dan karena kegetolannya belajar tersebut, masih juga membuahkan hasil meski di usia yang tidak muda lagi. Dia kerap menggantikan khotib Jumat manakala ada khotib yang berhalangan hadir, dan tidak jarang pula mendapat undangan untuk baca ayat-ayat Suci Alquran.
Ditanya tentang motivasi mempelajari murattal tujuh lagu, Abah Sulton yang kini juga menjabat sebagai ketua RW 08 Kelurahan Pakis, Kecamatan Sawahan ini mengaku bahwa dia tertarik mempelajari hal tersebut dalam rangka mengikuti sunnah Rasul, sebagaimana ada hadis yang menyatakan bahwa membaca Alquran dengan berlagu adalah sunnah.
Selain itu, kata dia, juga dalam rangka mencintai dalam membaca Alquran, baik saat membaca sendirian maupun saat menjadi imam dalam salat. “Membaca Alquran dengan berlagu, membuat suasana tidak jenuh. Apalagi tidak hanya satu lagu, sungguh hal ini membuat baca Alquran tidak bosan,” aku Abah Sulton.
Khusus mengenai pengembangan murattal tujuh lagu yang dikembangkan oleh Jam’iyah Tilawatil Quran Provinsi Jatim ini, menurut Abah Sulton, menjadikan daya tarik tersendiri. “Belajar murattal tujuh lagu di Surabaya hanya ada di Ust. Drs H Choirul Anam Djabar, yang sudah punya hak paten. Dengan sisa umur yang tinggal sedikit ini, kami berharap semoga upaya kami belajar bisa membawa manfaat, baik di dunia maupun di akhirat kelak, dan menjadikan syafaat bagi kita semua,” papar Abah Sulton menutup pembicaraan.**