Perintah Allah untuk melaksanakan puasa kepada orang-orang yang beriman sebenarnya mengandung rayuan yang meringankan psikologis kaum mukminin (orang-orang yang beriman).
Kita lihat misalnya dalam Surat Al-Baqarah disebutkan bahwa perintah puasa hanya ditujukan bagi orang-orang beriman (mukmin). Ini berarti bahwa bagi kita yang berpuasa harus merasa bangga karena telah disebut mukmin. Bukan sembarang orang yang mampu melaksanakan puasa. Orang yang tidak melaksanakan ibadah puasa tak bisa mengklaim bahwa dirinya beriman.
Dalam ayat tersebut juga disebutkan: ”Sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu”. Ini artinya bahwa kita melaksanakan puasa tidak sendirian, tapi juga telah ada umat yang diwajibkan sebelum kita. Secara psikologis barangkali kita akan iri seandainya Allah tidak menyebutkan kata-kata tersebut. Kita merasa tidak sendirian melaksanakan ibadah puasa ini.
Selanjutnya dalam ayat tersebut Allah masih memberi iming-iming bahwa barang siapa yang akan melaksanakan ibadah puasa akan menjadi orang yang bertakwa (muttaqien). Hal ini tentu saja membuat kita berlomba-lomba agar puasa kita diterima karena janji yang begitu besar.
Pada ayat berikutnya Allah mengatakan: ”Dalam beberapa hari”._Kata-kata ini juga meringankan beban psikologis kita, karena Allah tidak mengatakan satu bulan. Tapi beberapa hari.**
Oleh Choirul Anam Djabar