Menurut Alquran, hati adalah lokus dari apa yang membuat seorang manusia menjadi manusiawi, pusat dari kepribadian manusia. Iman tumbuh dalam hati, juga melahirkan pelbagai kebaikan seperti kesucian, kesalehan, ketegasan, kelembutan, keluasan, kedamaian, cinta, dan tobat.
Jika Tuhan tidak menyucikan hati, ia akan sakit, kasar, jahat penuh kebencian, selalu cemas, bahkan senang membuat dosa dan seterusnya. Di dalam Alquran itu, akan menjumpai banyak kosa kata Arab untuk menyebut hati: yaitu shadr, qalb, fu’ad, lubb. Semuanya diterjemahkan di dalam bahasa Indonesia sebagai hati. Adakah bedanya antara shadr, qalb, fu’ad, dan lubb itu?
Menurut al-Tirmidzî, hati memiliki empat area atau bilik : dada (shadr), hati (qalb), hati-lebih-dalam (fu’ad), dan inti-hati-terdalam atau mata hati (lubb). Keempat bilik ini saling bersusunan bagaikan sebuah rumah. Hati dapat disamakan dengan rumah itu sendiri. Ia dilingkari oleh tembok-tembok dan diamankan dengan gerbang atau pintu yang terkunci.
Bagian rumah yang paling luar adalah shadr yang saya gambarkan sebagai halaman rumah yang dipenuhi dengan pepohonan penghias, agar sejuk, rindang dan indah. terutama 3 macam pohon, yaitu pohon “sabar”, pohon “syukur” dan pohon “kasih sayang” halaman terluar ini tempat berkomunikasi, baik dengan cara yang diridai oleh Allah maupun komunikasi yang dibisiki syaitan. Sadr adalah inti dari tindakan. Seorang yang beriman bisa mengubah kecenderungan negatif menjadi positif. Individu semacam ini berarti memiliki Cahaya Islam. Orang yang bisa menerima cahaya Islam ini dinamakan seorang Muslim.
Area atau bilik kedua adalah qalb atau qolbu, yang saya gambarkan sebagai ruang tamu, suatu tempat di dalam dada kita untuk bisa menerima kehadiran ALLAH SWT, di dalam bilik qalb inilah Cahaya Iman mulai bersinar, kedudukannya lebih tinggi dari sekadar Muslim, maka dia tergolong seorang Mukmin.
Area atau bilik ketiga adalah fu’ad, yang saya gambarkan sebagai ruang tengah yang berkedudukan lebih tinggi didalam hati manusia. Di sini Cahaya Makrifat tumbuh, kelompok manusia yang bisa menyerap cahaya Makrifat ini dinamakan Muchsin.
Area keempat adalah lubb, ruang pribadi atau ruang tidur tempat menyimpan benda berharga milik keluarga yang tidak semua anggota keluarga memiliki kuncinya Dari area tertinggilah manusia bisa memancarkan Cahaya Tauhid, orang-orang tergolong didalam kelompok ini dinamakan ahli tauhid atau Muwahhid.
Tiap-tiap area atau bilik atau lapisan juga dikaitkan dengan maqam spiritual yang berbeda-beda, tingkat pengetahuan serta pemahaman yang berbeda, Sebagian besar kaum muslimin masih berada di halaman terluar yaitu ruang Sadr (ruang kesadaran). Mengapa demikian? Karena sebagian besar dari kita masih sering tergoda oleh bisikan setan. Implementasi sabar, syukur dan kasih sayang itu seringkali tidak mudah.
Salah satu contoh sikap sabar, yaitu saat Sayidina Ali bin Abi Tholib, hendak menuju masjid untuk salat berjamaah dengan imamnya Nabi Muhammad Saw. Dalam ketergesa-gesaan itu, di depannya ada seorang tua renta yang berjalan tertatih-tatih dan pelan sekali. Beliau tidak sampai hati mendahului, apalagi sampai menyenggolnya, tetapi tetap berjalan di belakang orang tua tersebut, walau dia seorang Yahudi dan bukan seorang muslim. Akhirnya, terlambat datang di mesjid, hanya kebagian satu rakaat saja. Setelah akhir salat, salah seorang sahabat bertanya kepada Nabi, mengapa saat rukuk tadi lama sekali, tidak seperti biasanya? Jawab Nabi: “Saya menunggu kedatangan Ali bin Abi THolib”, yang tidak biasa datang terlambat ke masjid.**
Oleh : Prof. M Nuh